Selasa, 19 Mei 2015

Rumah Masa Depan

Sudah lama tidak berkunjung di rumah masa depan Bapak dan kedua adikku, hari ahad tanggal 17 Mei 2015 lalu saya berkunjung kesana.

Hening siang itu membuatku khusyu dalam pusara Bapak, mencabuti helai helai rumput di bawah teriknya mentari yang menyengat. Membayangkan betapa dunia ini sementara, mereka yang tahun lalu terlihat masih kanak-kanak kini telah tumbuh dewasa, tlah menikah dan dikaruniakan anak. Yang tahun lalu masih bercakap dan bersendau gurau kini terbaring di dalam pekuburan yang sepi lagi mencekam.

Robbi...bagaimana kabar Bapak dan Adik-adikku di sana?

Hari ini aku kembali mengunjungi mereka, sambil berbisik dalam hati ," Pak, suatu hari nanti sayapun akan kembali seperti kalian, betapa dunia itu fana. Semoga anakmu dapat menjadi anak yang shalihah dan memberikan kebahagiaan dunia akhirat bagi kedua orang tuanya".

Siapkah jika nanti Allah membawaku kembali, sementara aku amat miskin amalnya.
Siapakah yang akan mendo'akanmu kelak?

Robbi...dunia ini begitu sebentar, semua yang terjadi di dunia ini amat cepat berganti.

Bukan perpisahan kita pada keluarga tercinta saja yang membuat keinsyafan dan berlinang air mata, akan tetapi akankah aku kembali dengan bekal amal yang baik?

Di depan pusaramu Pak, Dik semua menyadarkan hatiku yang beku dan lalai ini, bahwa akupun kelak akan kembali seperti kalian, kembali padaNya dan jasad menyatu pada alam kembali.

Semoga Dia segera mengaruniakanku orang yang menjadi penjaga imanku, hatiku dan tempat bersama membangun rumah syurga yang kekal. Di mana dibangun peradaban kecil yang membawa pada ke mashalatan diri keluarga dan umat. Agar lahirlah generasi-generasi terbaik yang terus menyuarakan kebaikan, menegakkan kalimatulloh dan yang memerangi kebathilan. Semoga Allah menjadikan hidup kita abadi dengan amalan yang sejati.aamiinn

Wallahu'alam bishowab

Minggu, 03 Mei 2015

Seperti ini diriku

Dulu saat aku masih polos nan lugu, wajah datar penuh peluh dan berminyak. Saat ini pun, tetap sama. Tidak ada yang berubah dariku.

Tak sedikitpun berniat oplas apalagi opkaret hihihii...jika ada yang bilang aku berubah, mungkin ia. Karena aku berubah menjadi semakin matang, eh...tua kali yah.

Percayalah kawan...
Jiwa ini, raga ini sepenuhnya masih penuh dengan cita-cita yang belum terwujud, yah tentu. Cita penuh cinta sehingga membawaku untuk tetap bersama mereka disini, meskipun sebagian mereka tlah pergi dan meninggalkan kita.

Bukankah Dia memperkaya hambaNya, ya memperkaya dengan cara membagikannya. Begitulah ilmu,  semakin dibagi semakin berkah dan bertambah.

Selalu bersyukur padaNya, dalam setiap takdir yang terjadi. Karena setiap perkara hidup seorang muslim baik kesedihan dan kebahagiaan adalah baik bagi kehidupannya.

Yang terpenting dalam hidup ini adalah menyiapkan diri dan hati untuk menghadapi segala bentuk ujian dariNya. Karena kesiapan itu dapat meringankan jiwa dari rasa kecewa, penyesalan, kesedihan yang berlebihan.

Teruslah menjadi seperti yang kau inginkan dengan tetap menjadi hamba yang dicintaiNya.