Masih ingatkah sekarang kita, saat ini kita teramat membencinya jangankan untuk menyapa melihat saja sudah tidak ingin lagi. Terasa seperti jijik melihatnya, padahal dia adalah orang yang dahulu pernah begitu kita sayangi atau bahkan cintai.
Karena satu masalah yang ntah mengapa sulit sekali untuk menghilangkan kebenciannya itu dari dalam diri, ntahkah karena hati telah berkerak penyakit hati atau kurang mawas diri terhadap pengaruh persepsi manusia. Kalaupun dengan memaafkan menjadikanmu seperti seorang pecundang, ataupun terlihat seperti seorang yang lemah, mengapa tak kau pilih? kenapa malah kau semai subur kebencian dan kekerasan hati itu didalam hati.
Mengapa harus kupilih menjadi layaknya seorang pecundang???
Karena satu masalah yang ntah mengapa sulit sekali untuk menghilangkan kebenciannya itu dari dalam diri, ntahkah karena hati telah berkerak penyakit hati atau kurang mawas diri terhadap pengaruh persepsi manusia. Kalaupun dengan memaafkan menjadikanmu seperti seorang pecundang, ataupun terlihat seperti seorang yang lemah, mengapa tak kau pilih? kenapa malah kau semai subur kebencian dan kekerasan hati itu didalam hati.
Mengapa harus kupilih menjadi layaknya seorang pecundang???
Bersyukurlah bila ternyata kita disebut seorang pecundang, tak apa jadilah pecundang yang selalu merasa bodoh, yang selalu
merasa lemah, orang yang tetap memiliki rasa takut, dan jadilah pecundang
yang mampu mengelola semua perasaan itu hingga menjadi kendaraan yang
mengantarkan kita menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri dan semakin dekat
pada Allah SWT.
Jadilah pecundang, karena seorang pecundang akan selalu merasa dirinya rendah dan hina, maka dengannya dia tidak menjadi orang yang sombong apalagi merasa lebih benar, tidak semua pecundang terlihat bodoh, sebenarnya nilaimu terletak pada akhlakmu yang bermuara pada Al Qur'an dan sunnah, akhlak rasululloh, bukan akhlak pemuas nafsumu atau persepsi manusia.
Tak perlu takut dengan kata pecundang, kadang kala persepsi manusia mengelabui kita dari kebenaran yang tidak Allah tampakkan, merasa diri kita benar padahal kata Allah itu salah, sebaiknya perbanyak memohon ampunan dan kalimat istighfar pada_nya, agar Dia memurahkan kita untuk melembutkan hati ini dalam menerima kritikan, nasihat, ataupun hujatan.
Karena Dia maha mengetahui dari apa yang kita ketahui, jangan menjadi orang sok tahu, yang padanya kita mencari-cari tahu yang bukan pada ranahnya, jangan pula menjadi pembela yang dengan nya memercikkan fitnah dan api pertikaian,wahai diri biarlah diri ini terlihat hina dimata manusia, apakah kita akan kembali dengan kehinaan diri pula kelak, lantaran kita tidak menjaga hati dan lisan bahkan indera ini dengan sebaik-baik penjagaannya.
Terlihat dimata manusia amat hina, tidak masalah ya...
Lihatlah cuplikan ini:
Terlihat dimata manusia amat hina, tidak masalah ya...
Lihatlah cuplikan ini:
Sabar Dan Selalu Berbuat Baik
Islam adalah agama yang damai dan penuh
keindahan. Islam mengajarkan umatnya agar terus menerus berbuat kebaikan
kepada sesama manusia tanpa mempedulikan asal usul, status sosial,
agama, jenis kelamin, dsb. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an,“Dan
berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu
(pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).
..
Ayat ini mengajarkan untuk selalu
berbuat baik kepada siapapun tanpa memandang faktor-faktor darimana
orang itu berasal, seberapa kaya orang tersebut, apa jenis kelamin orang
yang bersangkutan, dsb. Hal yang lumrah ada kalanya dalam hidup ini
kita menemui tantangan luar biasa yang tak diinginkan, seperti dibenci
banyak orang atas niat tulus dan perbuatan baik yang kita lakukan atau
mungkin “ditusuk” dari belakang oleh teman-teman maupun keluarga dekat
kita sendiri. Ironis bukan?
.
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa,
mungkin saja ada teman sekelas yang tidak suka dan berusaha menjatuhkan
kita dengan berbagai cara, termasuk mungkin memfitnah atau menyebar isu
yang tidak benar. Bagi seorang karyawan, mungkin saja sesama teman di
kantor saling berusaha menjatuhkan dan dibuat agar nama kita jelek di
depan bos dan tidak jadi dipromosikan. Bagi seorang pebisnis, mungkin
saja pesaing kita melakukan cara-cara yang kotor dan bisnis yang tidak
beretika. Setiap orang, tidak peduli apa profesi dan pekerjaannya, pasti
akan menemu hal-hal seperti itu. Hidup itu keras bung!
.
Saran saya kepada orang-orang seperti
ini: jangan dibalas perbuatan jahat mereka! Karena kalau kita balas, ya
berarti kita sama saja dengan mereka. Sama-sama sakit!! hehe… Tapi
balaslah segala kejahatan yang orang lain lakukan kepada kita dengan
kebaikan. Allah Swt telah mengajarkan di dalam Al-Qur’an, “Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yg lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 96).
.
Hadapi saja semua tantangan dan masalah
yang kita hadapi dalam hidup ini dengan penuh syukur. Karena memang
begitulah kehidupan berjalan. Terkadang berada di atas dan di lain waktu
berada di bawah. Terkadang, perbuatan baik yang kita lakukan malah
dibalas dengan kejahatan oleh orang lain. Oleh karenanya, manakala kita
melakukan sesuatu, jangan pernah berharap bahwa kita akan memperoleh
sambutan hangat atau balasan yang serupa dari orang yang bersangkutan.
Karena jika itu yg terjadi, bersiap-siaplah kita merasakan kekecewaan
yang dalam.
Watak manusia sungguh beragam dan tak
mesti sehaluan dengan apa yang kita inginkan. Pastinya kita menginginkan
setiap orang berbuat baik kepada kita kan? Sayangnya dunia tidak
selebar daun kelor (ga nyambung). Semua sikap yang tidak mengenakkan
dari manusia, baik ataupun buruk, terimalah dengan penuh kesabaran.
Bilamana kita mengindahkan ajaran Islam, balaslah dengan yg terbaik.
Namun, bilamana membalas keburukan itu dengan kebaikan masih sulit dan
berat, biarkan saja mereka. Jangan sekalipun kita terprovokasi. Inget
selalu pepatah ini: “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.”
.
Contoh nyata dari kesabaran
menghadapi orang lain adalah apa yg ditunjukkan oleh Rasulullah SAW
dalam dakwah beliau kepada kafir Quraisy di Makkah. Nabi Muhammad yang
diutus oleh Allah SWT untuk menyucikan jiwa-jiwa kotor, hati kusam, dan
mengajarkan akhlak karimah bukannya disambut dengan baik. Tapi malah
dicemooh, dihina, difitnah, dan dihujat. Tidak jarang, bahkan beliau
dilempari tulang belulang, kotoran unta dan diludahi ketika beribadah di
Ka’bah. Namun, apakah beliau membalas semua tindakan keji itu dgn
tindakan yang sama? Ternyata tidak!
Dalam peristiwa Thaif, ketika Rasulullah
SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau malah
dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian, ternyata
bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw. Beliau malah
mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat hidayah dari
Allah SWT. Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah SWT telah
menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya kalau
Rasulullah bilang “iya” saja kepada malaikat, maka itu orang-orang yang
berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dijadiin tempe mendoan
semuanya alias benyek.
.
Tapi Rasulullah SAW menolak tawaran
tersebut, malah beliau berbuat kebaikan kepada orang-orang yg menzalimi
tersebut dengan mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Terbukti,
sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam dan menjadi pembela
Rasulullah paling depan di medan-medan perang. Subhanallah.. Inilah
kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw yang membalas kejahatan dengan
penuh kebaikan, dan akhirnya justru malah kemenangan yang didapat, yaitu
orang-orang yang tadinya kafir dan memusuhi, malah berbalik memeluk
agama Islam karena akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah.
.
Tidak salah memang bahwa Nabi Muhammad saw adalah contoh manusia terbaik yang harus kita ikuti. “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21).
.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw membuat saya teringat dengan istilah yang sangat menarik, “you may lose the battle but you win the war”. Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah
sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk
menang. Kita sering mengartikan bahwa yang namanya mengalah itu ya
berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah,
namun mengalah untuk merangkul dan selanjutnya untuk menang.
.
Dalam cerita di atas tadi, Nabi Muhammad saw boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau menang mutlak dalam war (perang yang lebih besar). Kekalahan battle Rasulullah
adalah beliau dimaki-maki, dilempari batu bahkan diludahi setiap
harinya. Tapi Rasululah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau
tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan,
yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak
manusia dan menyiarkan syiar Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
.
Lalu akhirnya jelas sekali, kemenangan war Rasulullah
adalah pada akhirnya orang-orang yang tadinya membenci dan memusuhi,
bahkan ingin membunuh beliau, malah mengucapkan syahadat, memeluk agama
Islam dan menjadi tameng-tameng hidup yang paling setia bagi Rasulullah
saw dalam setiap perang. Inilah kemenangan besar Nabi Muhammad saw yang
berhasil menjalankan misinya di muka bumi yang menyiarkan syiar Islam
dan membuat para pembencinya memeluk agama Islam atas kesadaran sendiri
dikarenakan perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah saw.
.
Allah Swt Maha Adil
Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi keadilan. Allah Swt juga memiliki nama lain yang
berhubungan dengan keadilan seperti Al-‘Adl (Yang Maha Adil) atau Al-Hakim
(Yang Maha Menghakimi). Di dalam Al-Qur’an sendiri juga dijelaskan
bahwa segala perbuatan, baik ataupun buruk, sekecil apapun, pasti akan
mendapat ganjaran dari Sang Maha Kuasa.
.
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah
(biji atom) pun, niscaya dia akan menerima (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah [99]:7-8)
.
Jadi, Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,
jangan khawatir untuk selalu berbuat baik. Kita harus meyakini bahwa
Allah Maha Adil dan segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya,
baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Jika kita berbuat baik, tentunya
kebaikan pula balasan yang akan diberikan oleh Allah Swt. “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula.” (QS. Ar-Rahman [55]: 60).
.
Maka dari itu berbuat baiklah kepada
siapapun, bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita.
Mengapa? Karena kebaikan tersebut dilipatgandakan di sisi-Nya. Hal ini
dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Mereka itu diberi pahala dua kali
lipat disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan
kebaikan dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka,
mereka nafkahkan.”(QS. Al-Qashash [28]:54)
.
Coba perhatikan juga ayat ini, “Siapa
yang datang membawa kebaikan, baginya pahala yang lebih baik daripada
kebaikannya itu; dan siapa yang datang membawa kejahatan, tidaklah
diberi balasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu,
melainkan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (SQ. Al-Qashash [28]:84)
.
Dalam ayat di atas jelas bahwa segala
kebaikan akan mendapat balasan yang lebih baik dan setiap kejahatan
dibalaskan setimpal dengan apa yang dilakukan. Di sinilah letak kebaikan
dan keadilan Allah Swt. Dia memberikan ganjaran yang lebih kepada
orang-orang yang berbuat kebaikan. Namun untuk pelaku kejahatan dibalas
setimpal dengan kejahatannya. Allah SWT tidak menzolimi sedikitpun
terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Mantap kan??? hehehe…
.
Akhirnya… Selamat berbuat kebaikan…
Dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun… Mengenai balasannya, serahkan
kepada Allah, Dia-lah hakim yang paling adil di seantero jagat bumi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isilah komentar dengan bahasa yang santun dan membangun!