Jingga sore itu sangat indah, berlapis lapis warnanya serta malunya
mentari mulai membenamkan cahayanya. Hamparan hijau si pematang sawah,
menyegarkan pandangan mata ini.
Lantunan sholawat dan gendrang rebana menggema dari arah Masjid tanpa
dinding itu, namun ia berhias hijaunya alam sekitar. Suaranya merdu dan
bersemangat saat kudengar.
Sebagian santri kulihat berjubah putih, ada yang memakai sarung atau
bercelana panjang, mereka adalah santri ikhwan remaja dan anak-anak di
Alfatih Kaffah AFKN di bawah asuhan Ustad. FADHLAN, wajah mereka sangat
khas, mereka berasal dari Indonesia timur yang kebanyakan dari daerah
Papua/ Irian Jaya.
Kami disambut oleh dua santri akhwat, Indah dan Jane namanya, jika
saya tidak salah mengingatnya yaa. Selesai sholat ashar kami bercerita
sejenak diruang milik ustad Fadlan.
” Ustad sedang pergi, istri dan anaknya sedang mengunjungi nenek yang sedang sakit Mba”, terang Indah.
Kami cukup lama berbincang-bincang di sana, akhirnya kami memutuskan
untuk segera memulai acaranya di masjid. Barisan anak-anak kecil usia
6-12 tahun duduk berbaris dengan kompak dan semangat bersholawat dan
melantunkan ayat al qur’an sebagai tanda acara dimulai.
Sambutan dari Direktur Majalah Ummi sungguh membuat hatiku bergetar,
saat kudengar beliau menyampaikan dengan semangat yang berapi dan
getaran suaranya yang berat serta mata berkaca, kutahu beliau sedang
menahan haru saat itu.
“Ketika kami datang ke sini dan kalian katakan memberikan bantuan
pada kalian tapi justru kami ini yang dibantu oleh kalian semua, kami
ini seolah kecil…”begitulah sedikit penggalan sambutan Ibu Direktur
Majalah Ummi.
Harapan kami anak-anak papua yang terdidik disini kelak benar-benar
dapat membawa cahaya bagi daerahnya disana, mereka di sekolahkan dan di
kuliahkan oleh ustad Fadlan sebagian di Jakarta dan sebagian lagi di
Medan, dengan berbagai minat seperti, kebidanan, keprawatan, hukum, IT,
bahwa ABRI.
Mereka yang dibekali keahlian dan di landasi dasar islam yang baik,
dan ditempatkan pada setiap pelosok-pelosok daerah papua. Anak AFKN
optimis kelak mereka akan membawa perubahan itu di Papua, mereka akan
mengubah mindset pemikiran papua (“artinya telanjang”) yang disepadankan
dengan arti nama daerahnya yang negatif, menjadi sebagai daerah
pembawa cahaya rahasia yang bercita-cita menjadikan papua sebagai
serambi Madinah “Allahuakhbar!!!” Aamiiinn.
Mereka rela menahan rindu yang teramat kuat pada keluarga yang
ditinggalkannya dikampung halaman, demi mengemban perjuangan tegaknya
cahaya islam kelak di negeri asal mereka, sungguh melihat wajah mereka
yang tegar, sorotan mata yang berbinar saya optimis kelak mereka menjadi
generasi yang mampu membantu negeri ini dalam perubahan yang baik. Saya
malu menatap mata mereka yang begitu antusias dan sikap yang ramah dan
dekat. Senyuman mereka membuat aku senang berada diantara anak-anak ini.
Warna kulit kami memang berbeda tapi iman didada telah menyatukan
hati ini, selamat berjuang dalam dakwah yang panjang, doakan
saudara-saudara kita yang sama perjuangannya semoga kelak Allah
pertemukan kita hingga ke Jannah-Nya. Aamiiinn…
Perpisahan ini membuat ku mengambil banyak hikmah, dari pwrjalanan
menuju lokasi yang cukup jauh dari tengah kota, jalan yang tidak mulus
semua itu sirna tatkala melihat mereka semua ada dihadapan. Jalan yang
tadinya jauh kini terasa dekat.
Terimakasih atas pertemuan dan kisah kalian yang ku dengar, semoga
menjadi inspirasi dan reflekai diri ini. Agar lebih baik lagi dalam
menata diri, membangun peradaban yang dimulai dari rumah sendiri, yah
kelak akan kubangun peradaban kecilku dirumahku.
Semoga Cahaya Rahasia itu adlah kalian, cahaya bagi papua untuk lebih bermartabat di mata dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isilah komentar dengan bahasa yang santun dan membangun!