Kamis, 19 Desember 2013

Tantangan Dakwah Kampus



Sebagian pemuda-pemuda di kampus cenderung menyukai perdebatan dan berlarut larut dalam diskusi, hanya karena ingin dikagumi dan ingin mengalahkan pihak lain, atau karena suatu hal yang lain. 

Menghadapi orang seperti ini, seorang dai harus dapat menyimpulkan pembicaraan, bila telah tampak jelas mana “benang putih” dan mana pula “benang hitam” nya , sebab, perdebatan yang tidak menghasilkan kesepakatan dan tanpa kata akhir justru dapat menumbuhkan kebencian dalam jiwa, mengotori dan menutupinya. Selain itu ia hanya akan menguras potensi tanpa faedah, bahkan tidak menyumbangkan kebaikan apa pun bagi dakwah.

Perlu dipahami, sasaran dakwah bukan hanya pada akal, sebab ditengah umat ini terdapat jutaan orang beriman yang awam namun mudah tersentuh hatinya. Karena itu, melayani orang yang suka berdebat tanpa batas adalah kesia-siaan belaka dan membuang buang waktu, padahal waktu adalah kehidupan itu sendiri.

Imam Hasan Al Banna dalam risalah pergerakan Ikhwanul muslimin mengatakan bahwa karakter spesifik dari dakwah adalah Rabbaniyah ‘alamiyah (Ketuhanan Universal). Karakteristik inilah merupakan jawaban atas tantangan sistem nilai bagi dakwah kampus. Penetrasi nilai keislaman kepada seluruh kalangan warga kampus di Cabang masing-masing dengan mengambil peran pada setiap aspek yang ada seperti aspek politik kampus dan bidang keilmuan. Dengan bersikap paripurna, nilai keislaman dapat diperkenalkan secara paripurna juga. 

Tentunya dakwah yang memperkenalkan Allah SWT dan mengajak manusia untuk membangun hubungan spiritual serta Islam yang syamil, kamil wa mutakamil (menyeluruh, sempurna dan menyempurnakan). Karakter Rabbaniyah ‘alaiyah seharusnya disadari oleh para Aktivis Dakwah Kampus (ADK), bahwa dakwah yang diserukan bukan karena golongan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “bukan termasuk golonganku orang yang menyeru kepada ashabiyyah (fanatisme golongan) dan bukan dari golonganku orang yang mati karena (membela) ashabiyyah.” (HR. Imam Ahmad, dari Jubair bin Muthim RA)


Disini kita haruslah memandang bahwa dakwah di jurusan merupakan suatu urgensitas yang sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi. Jika kita melihat “peta manusia? di kampus, disana kita akan melihat sangatlah banyak orang-orang sekuler, liberal, dan semacamnya dari golongan kiri yang mampu mengubah orang-orang pondok pesantren yang notabene milik pihak "kanan? menjadi pihak "kiri?, sebaliknya kita juga akan dapat melihat golongan ekstrim "kanan? yang sangat tekun beribadah tapi sangat antipatik terhadap lingkungan sekitar dan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. Golongan ekstrim kanan ini juga cukup berbahaya jika dia terus-menerus memojokkan dakwah kampus karena membela ashabiyahnya.

Jika Lembaga Dakwah Cabang (LDC)masing-masing lini sudah mampu menjalankan program dengan baik dan sudah paham akan esensi dakwah Islam itu sendiri, maka insya Allah kemenangan dakwah kampus yang kita tunggu-tunggu itu akan segera datang.

Namun permasalahannya disini adalah terkadang bahkan seringkali aktivis ADK terlena dengan kondisinya masing-masing. Berbagai permasalahan dakwah pada lingkup cabang itu seakan-akan seperti muncul sendiri dan tidak akan pernah ada habisnya dan sepertinya sudah menjadi sunnatullah dan mengakar pada kehidupan kampus itu sendiri. Mulai dari permasalahan kader yang bermalas-malasan, kebencian antar golongan, mudah terpengaruh oleh opini-opini negatif public, serangan pihak "kiri?, dan sebagainya. 

Disinilah kita harus cermat mengamati dan mengkondisikan berbagai kondisi yang ada. Penyakit parah lainnya yang melanda kader dakwah adalah disorientasi. Tujuan dari dakwah untuk menyeru kepada Allah SWT semakin lama bergeser menjadi pembelaan terhadap ashabiyah. Terkadang, kebanyakan kader termakan oleh tata nilai sehingga kepentingan duniawi mencemari dakwah Islam yang mulia ini. Jika kondisi ini terus dibiarkan, akan semakin parah dan lebih membuka peluang bagi musuh untuk menyerang Islam.

Refleksi tarbiyah Islam adalah mendidik para kader dakwah kampus agar mereka menjadi sadar dan terbangun bahwa tugas dakwah adalah tidak main-main dan hanya untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Oleh sebab itu, hal utama yang harus dimiliki oleh Aktivis Dakwah Kampus ialah kemantapan aqidah dan ibadah yang benar. Dua hal tersebut merupakan kunci pembuka bagi pintu-pintu amal yang lain. Wallaahu a’lam.


Saduran: Dakwatuna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Isilah komentar dengan bahasa yang santun dan membangun!