Sebagian pemuda-pemuda di kampus cenderung menyukai perdebatan dan
berlarut larut dalam diskusi, hanya karena ingin dikagumi dan ingin
mengalahkan pihak lain, atau karena suatu hal yang lain.
Menghadapi
orang seperti ini, seorang dai harus dapat menyimpulkan pembicaraan,
bila telah tampak jelas mana “benang putih” dan mana pula “benang hitam”
nya , sebab, perdebatan yang tidak menghasilkan kesepakatan dan tanpa
kata akhir justru dapat menumbuhkan kebencian dalam jiwa, mengotori dan
menutupinya. Selain itu ia hanya akan menguras potensi tanpa faedah,
bahkan tidak menyumbangkan kebaikan apa pun bagi dakwah.
Perlu dipahami, sasaran dakwah bukan hanya pada akal, sebab ditengah
umat ini terdapat jutaan orang beriman yang awam namun mudah tersentuh
hatinya. Karena itu, melayani orang yang suka berdebat tanpa batas
adalah kesia-siaan belaka dan membuang buang waktu, padahal waktu adalah
kehidupan itu sendiri.
Imam Hasan Al Banna dalam risalah pergerakan Ikhwanul muslimin mengatakan bahwa karakter spesifik dari dakwah adalah Rabbaniyah ‘alamiyah (Ketuhanan Universal). Karakteristik inilah merupakan jawaban atas tantangan sistem nilai bagi dakwah kampus. Penetrasi nilai keislaman kepada seluruh kalangan warga kampus di Cabang masing-masing dengan mengambil peran pada setiap aspek yang ada seperti aspek politik kampus dan bidang keilmuan. Dengan bersikap paripurna, nilai keislaman dapat diperkenalkan secara paripurna juga.
Tentunya dakwah yang
memperkenalkan Allah SWT dan mengajak manusia untuk membangun hubungan
spiritual serta Islam yang syamil, kamil wa mutakamil (menyeluruh,
sempurna dan menyempurnakan). Karakter Rabbaniyah ‘alaiyah seharusnya disadari oleh para Aktivis
Dakwah Kampus (ADK), bahwa dakwah yang diserukan bukan karena golongan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “bukan termasuk
golonganku orang yang menyeru kepada ashabiyyah (fanatisme golongan) dan
bukan dari golonganku orang yang mati karena (membela) ashabiyyah.”
(HR. Imam Ahmad, dari Jubair bin Muthim RA)
Disini kita haruslah
memandang bahwa dakwah di jurusan merupakan suatu urgensitas yang sangat
penting dan tidak dapat ditawar lagi. Jika kita melihat “peta manusia?
di kampus, disana kita akan melihat sangatlah banyak orang-orang
sekuler, liberal, dan semacamnya dari golongan kiri yang mampu mengubah
orang-orang pondok pesantren yang notabene milik pihak "kanan? menjadi
pihak "kiri?, sebaliknya kita juga akan dapat melihat golongan ekstrim "kanan? yang sangat tekun beribadah tapi sangat antipatik terhadap
lingkungan sekitar dan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. Golongan
ekstrim kanan ini juga cukup berbahaya jika dia terus-menerus
memojokkan dakwah kampus karena membela ashabiyahnya.
Jika Lembaga Dakwah Cabang (LDC)masing-masing lini sudah mampu menjalankan program dengan baik dan sudah
paham akan esensi dakwah Islam itu sendiri, maka insya Allah kemenangan
dakwah kampus yang kita tunggu-tunggu itu akan segera datang.
Namun permasalahannya disini adalah terkadang bahkan seringkali
aktivis ADK terlena dengan kondisinya masing-masing. Berbagai
permasalahan dakwah pada lingkup cabang itu seakan-akan seperti muncul
sendiri dan tidak akan pernah ada habisnya dan sepertinya sudah menjadi
sunnatullah dan mengakar pada kehidupan kampus itu sendiri. Mulai dari
permasalahan kader yang bermalas-malasan, kebencian antar golongan,
mudah terpengaruh oleh opini-opini negatif public, serangan pihak "kiri?, dan sebagainya.
Disinilah kita harus cermat mengamati dan
mengkondisikan berbagai kondisi yang ada. Penyakit parah lainnya yang melanda kader dakwah adalah disorientasi.
Tujuan dari dakwah untuk menyeru kepada Allah SWT semakin lama bergeser
menjadi pembelaan terhadap ashabiyah. Terkadang, kebanyakan kader
termakan oleh tata nilai sehingga kepentingan duniawi mencemari dakwah
Islam yang mulia ini. Jika kondisi ini terus dibiarkan, akan semakin
parah dan lebih membuka peluang bagi musuh untuk menyerang Islam.
Refleksi tarbiyah Islam adalah mendidik para kader dakwah kampus agar
mereka menjadi sadar dan terbangun bahwa tugas dakwah adalah tidak
main-main dan hanya untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Oleh sebab
itu, hal utama yang harus dimiliki oleh Aktivis Dakwah Kampus ialah
kemantapan aqidah dan ibadah yang benar. Dua hal tersebut merupakan
kunci pembuka bagi pintu-pintu amal yang lain. Wallaahu a’lam.
Saduran: Dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isilah komentar dengan bahasa yang santun dan membangun!